PERBEDAAN
INDIVIDUAL
(INDIVIDUAL DIFFERENCES)
Ringkasan
Definisi dan Pemahaman
Topik tentang individual
differences ini mengkaji mengenai karakteristik manusia sebagai
individu yang utuh tidak dapat dibagi (undivided),
tidak dapat dipisahkan yang memiliki
ciri-ciri yang khas. Karena adanya ciri-ciri yang khas itulah yang
menyebabkan manusia satu dengan yang lainya dikatakan individu yang berbeda.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik
bawaan (heredity) dan karakteristik
yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan
karakter keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor
biologis maupun faktor sosial psikologis. Karakteristik yang berkaitan dengan
perkembangan biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang
berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis
keluarga, yaitu keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya
pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan
dipengaruhi oleh banyak dan bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.
Tiap-tiap perangsang tersebut baik secara terpisah maupun terpadu dengan rangsangan
yang lain semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi
terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya
membentuk pola karakteristik tingkah laku yang dapat diwujudkan seseorang
sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai orang
perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan
dengan orang perorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang
lainya. Perbedaan inilah yang disebut perbedaan individual (individual differences). Pendapat dari Lindgren (1980 : 578)
dikutip oleh Prof. H Sunarto : perbedaan dalam “perbedaan individual”
menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun
psikologis.
Bidang-bidang perbedaan
Kecenderungan individu untuk berbeda terukur kedalam
kelompok sekitar rata-rata dari suatu distribusi dan sebagian kecil terkelompok
ke dalam titik ekstrem yang harus menjadi kajian penting terhadap karakter individual
bersangkutan. Garry 1963 (Oxendine, 1984 : 317) mengkategorikan perbedaan
individual ke dalam bidang-bidang berikut:
1.
Perbedaan
fisik
Usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penghelitan dan kemampuan bertindak
2.
Perbedaan
sosial
Termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku
3.
Perbedaan
kepribadian
Termasuk watak, motif, minat, dan sikap
4.
Perbedaan
inteligensi dan kemampuan dasar
5.
Perbedaan
kecakapan atau kepandaian di sekolah
Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap mereka
dirumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka
menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibanding dengan orang lain.
Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni, atau bidang ekspresi lain
seperti olah raga dan keterampilan, sebagian lain dapat lebih mampu dalam
bidang kognitif atau yang berkaitan dengan teknologi
Menurut Bloom, proses belajar baik disekolah maupun diluar
sekolah menghasilkan 3 (tiga) kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom yaitu :
1.
Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi
tentang pengamatan dan penyerapan terhadap suatu objek, berarti ia menguasai
sesuatu yang diketahui dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi dan
pengetahuan yang diorganisir secara sistematik untuk menjadi miliknya.
Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang, pada dasarnya kemampuan kognitif
merupakan hasil belajar dan hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor
pembawa dan pengaruh lingkungan (faktor dasar dan ajar).
2.
Kemampuan
afektif dan
Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda,
kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah
fikiranya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan
sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan dan faktor lingkungan selain faktor lainya seperti faktor fisik
terutama organ berbicara.
3.
Kemampuan
psikomotorik.
Kecakapan motorik atau kemampuan Psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh
saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi karena
kerja saraf yang sistematis. Alat indera menerima rangsangan tersebut
diteruskan melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak) untuk diolah dan
hasilnya dibawa oleh saraf motorik untuk memberikan reaksi dalam bentuk
geraka-gerakan atau kegiatan.
Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan
fisik dan tingkat kemampuan berfikir. Karena tingkat pertumbuhan fisik dan
tingkat kemampuan berfikir setiap orang berbeda-beda, maka hal ini membawa
akibat terhadap kecakapan motorik setiap individu yang berbeda-beda pula.
4.
Perbedaan
dalam latar belakang
Perbedaan latar belakang dan pengalaman seseorang dapat
mempelancar atau menghambat prestasinya. Pengalaman-pengalaman belajar yang
dimiliki anak dirumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi
belajar yang disajikan. Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata
pelajaran tertentu, kebiasaan kerjasama, kecakapan atau kemauan untuk
berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran semuanya merupakan faktor-faktor
perbedaan diantara para siswa. Faktor-faktor tersebut kadang-kadang berkembang
akibat sikap-sikap anggota keluarga dirumah dan lingkungan sekitar
5.
Perbedaan
dalam bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapat rangsangan dan
pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali
manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. Perkembangan
bakat dimiliki secara individual. Meskipun inteligensi umum merupakan faktor
dari hampir semua atau bahkan semua bidang penampilan atau performansi namun
hasil tes inteligensi yang selama ini dilaksanakan belum terkait dengan
beberapa bidang belajar seperti keterampilan motorik, musik, seni dan olahraga.
Hasil tes inteligensi lebih banyak berhubungan dengan keberhasilan atau
kemampuan bidang akademik.
6.
Perbedaan
dalam kesiapan belajar
Kondisi fisik yang sehat dalam kaitanya dengan kesehatan
dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman disertai
dengan rasa ingin tahu yang amat besar terhadap orang-orang dan benda-benda
membantu perkembangan berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis,
pemalu dan kurang percaya diri akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat
tubuh dan latar belakang yang miskin pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman
dan ekspresi diri.
PERKEMBANGAN MANUSIA
(HUMAN DEVELOPMENT)
Pemahaman konsep pertumbuhan dan perkembangan
Beberapa buku memaknai pertumbuhan sering diartikan sama
dengan perkembangan sehingga kedua istilah itu penggunaanya seringkali
dipertukarkan (interchange) untuk
makna yang sama. Untuk itulah perlu dipertegas kembali istilah pertumbuhan dan
perkembangan itu. Pertumbuhan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan
perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif semakin besar dan atau panjang.
Sedangkan istilah perkembangan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan
perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek sosial.
Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan
fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspek-aspek intelek, sosial,
bahasa, bakat khusus, nilai dan moral serta sikap.
Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan
manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang dan
prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga dewasa.
1.
Pertumbuhan sebelum lahir
Dimulai dari proses pembuahan (pertemuan sel telur dan
sperma) yang membentuk sel kehidupan yang disebut embrio dan berukuran setengah
centimeter (berumur 1 bulan), umur 2 bulan panjang embrio membesar menjadi 2,5
cm dan disebut janin/fetus. Setelah umur kandungan 3 bulan janin tersebut sudah
berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil.
2.
Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan
kelanjutan pertumbuhan sebelum lahir. Selama tahun pertama ukuran panjang
badanya akan bertambah sepertiga dari ukuran panjang semula dengan berat badan
bertambah hingga 3 kali nya. Setiap bagian fisik seseorang individu akan terus
mengalami perubahan karena pertumbuhan, sehingga masing-masing komponen tubuh
akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan fungsinya.
Pertumbuhan dan perkembangan fungsi biologis setiap orang
memiliki pola dan urutan yang teratur. Pertumbuhan fisik, baik secara langsung
maupun tidak akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan
fisik seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara
tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik akan mempengaruhi
bagaiman anak ini memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang
lain.
Intelek
Intelek atau daya pikir berkembang sejalan dengan
pertumbuhan saraf otak. Karena fikiran pada dasarnya menunjukan fungsi otak.
Maka ketentuan intelektual yang lazim disebut dengan kemampuan berfikir
dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukan fungsinya secara baik.
Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan intelek ini ditunjukan pada
perilakunya yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Tidakan itu berarti
telah mendapatkan proses mempertimbangkan, evaluasi sampai kemampuan menarik
kesimpulan dan keputusan. Fungsi ini akan terus berkembang mengikuti kekayaan
pengetahuanya tentang dunia luar dan proses belajar yang dialaminya sehingga
pada saatnya seseorang akan berkemampuan melakukan peramalan atau prediksi.
Perkembangan kognitif seseorang menurut Pieget (Sarlito, 1991 : 81) mengikuti
tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Tahap I (pertama) : Masa sensor motor (0,0 – 2,5 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem penginderaan dan
aktivitas motorik untuk mengenal lingkunganya. Bayi memberikan reaksi motorik
atas rangsangan-rangsangan yang diterima berupa refleks.
2.
Tahap II (kedua) : Masa pra operasional (2,0 – 7,0 tahun)
Kemampuan untuk menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Kemampuan
simbolik ini memungkinkan anak akan melakukan tindakan-tidakan yang berkaitan
dengan hal-hal yang telah lewat. Misalnya melihat dokter berpraktek maka akan
dapat bermain “dokter-dokteran”
3.
Tahap III (ketiga) : Masa konkreto prerasional (7,0 –
11,0 tahun)
Masa ini seorang anak sudah dapat melakukan berbagai macam
tugas yang konkret. Anak telah mulai mengembangkan tiga macam operasi berfikir
yaitu : Identifikas (mengenali sesuatu), Negasi (mengingkari sesuatu),
Reprokasi (mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal).
4.
Tahap IV(keempat) : Masa operasional (11,0 – dewasa)
Usia remaja dan seterusnya seseorang sudah mampu berfikir
abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini seseorang akan bisa memperkirakan apa
yang mungkin terjadi.
Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus
dimiliki oleh manusia. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia banyak
hal yang dibutuhkanya. Kebutuhan tersebut ialah kebutuhan Jasmani dan kebutuhan
Rohani. Kebutuhan tersebut ada yang bersifat prima dan sekunder. Jika kebutuhan
itu dapat dipenuhi dengan baik maka ia akan “senang” dan “puas”. Sebaliknya
apabila tidak dapat dipenuhi akan merasa “kecewa” dan “sedih”. Emosi merupakan gejala perasaan disertai
dengan perubahan atau perilaku fisik, seperti marah ditunjukan dengan teriakan
atau gembira akan meloncat-loncat atau tertawa lebar dan sebagainya.
Sosial
Sejalan dengan pertumbuhan badanya, bayi yang telah menjadi
anak dan seterusnya menjadi orang dewasa akan mengenal lingkungan lebih luas,
mengenal banyak manusia. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan mengenal
ibunya, kemudian mengenal ayah dan saudara-saudaranya dan akhirnya mengenal
manusia diluar keluarganya. Akhirnya manusia akan mengenal kehidupan bersama,
kemudian bermasyarakat saling bantu membantu.
Bahasa
Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Setiap orang
senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya. Sejak bayi manusia telah
berkomunikasi dengan dunia luar. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi
dapat diartikan sebagai tanda, gerak dan suara untuk menyampaikan isi pikiran
kepada orang lain.
Bakat khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang
dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit
latihan kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Definisi yang dikemukakan
oleh Guilford (Sumadi : 1984) bakat mencakup 3 (tiga) dimensi yaitu dimensi
perseptual, dimensi psikomotot, dan dimensi intelektual. Ketiga dimensi itu
mencakup dalam pengeinderaan, ketepatan dan kecepatan menangkap makna,
kecepatan dan ketepatan bertindak serta kemampuan berfikir inteligen. Seseorang
yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati, sebab kemampuan yang dimiliki
akan berkembang dengan pesat dan menonjol. Bakat khusu merupakan salah satu
kemampuan untuk bidang tertentu seperti dalam bidang seni, olah raga atau
keterampilan.
Sikap, Nilai dan Moral
Tujuan akhir dari proses belajar dikelompokan menjadi tiga
sasaran yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif),
penguasaan nilai dan sikap (afektif)
dan penguasaan psikomotorik. Semakin
berkembang fisik dan psikis, seorang anak mulai dikenali terhadap nilai-nilai,
ditunjukan hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh, yang harus dilakukan dan
yang dilarang. Menurut Piaget pada awalnya penilaian perilaku dan tindakan
masih bersifat “paksaan” dan anak belum mengetahui maknanya, akan tetapi
seiring perkembangan inteleknya berangsur-angsur anak mulai mengikuti berbagai
ketentuan yang berlaku di dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, Prof. Dr. H., Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta : PT. Rineka Cipta Jakarta., 2006.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta : Rajawali Press, 1989
Suryabrata, Sumadi, Psikologi
Pendidikan, Jakarta : Penerbit Rajawali, 1984
Wolfolk, A.E and Nicolich, L.M. Educational Psychology for Teachers, New Jersey : Prentice Hall
Inc. 1984
Lindgren, Henry Clay., Educational
Psychology in The Classroom (6 edition)., New York : Oxfor University
Press, 1980
Oxendine, Joseph B., Psychology
Of Motor Learning. New Jersey : Prentice Hall Inc., 1984
Tidak ada komentar:
Posting Komentar